Prosesor Dual Core


Pernahkah Anda membayangkan bekerja dengan satu tangan? Makan, minum, menulis, menggambar, semuanya dilakukan dengan satu tangan? Pasti repot, bukan? Selain repot dan pekerjaan Anda menjadi lebih lambat diselesaikan, dijamin tangan Anda akan lebih cepat pegal dan harus diistirahatkan. Begitu juga dengan prosesor tradisional yang memiliki satu core. Ibarat bekerja dengan satu tangan, prosesor single core akan kerepotan, bekerja lebih lamban, dan tentunya akan lebih cepat panas.
Core adalah otak prosesor yang melakukan semua penghitungan besar yang diperlukan oleh komputer. Dalam prosesor tradisional, semua penghitungan tersebut dilakukan sendirian dengan satu otak. Prosesor menerima serangkaian instruksi yang harus dilakukannya, mengeksekusi, kemudian memilah bagian mana yang harus disimpannya di dalam cache untuk memudahkan penghitungan kembali jika diperlukan.

Jika dibutuhkan data dari luar cache, prosesor akan mengambilnya melalui system bus dan random access memory (RAM) atau dari media penyimpanan seperti hard disk. Pengambilan data dari luar cache ini akan menurunkan kinerja prosesor dari kecepatan maksimum yang dimilikinya. RAM atau media penyimpanan bekerja lebih lambat daripada kecepatan prosesor.
Situasi di atas akan bertambah parah saat prosesor harus mengerjakan banyak tugas dalam waktu bersamaan (multitasking). Prosesor harus bolak-balik mengakses aliran data atau aplikasi yang akan menguras resource dan menurunkan kinerjanya. Keterbatasan kinerja prosesor tradisional itulah yang melahirkan ide prosesor dengan dua core. Bak satu tubuh dengan dua tangan, prosesor dual core menggabungkan dua inti procesor di dalam satu tubuh (die). Masing-masing core memiliki memory yang kerap disebut dengan cache, baik LI, L2, ataupun L3, tergantung dari kedekatannya dengan core prosesor.

Dual Core sebuah jawaban
Kecepatan core prosesor meningkat drastis. Para produsen berlomba mengeluarkan chip dengan kecepatan tertinggi, yang saat ini dihitung dalam satuan GHz. Di sisi lain, ternyata kecepatan sebuah aplikasi berjalan tidak meningkat secara proporsional dengan penambahan GHz sebuah prosesor.
Aplikasi-aplikasi sekarang ternyata lebih memberatkan kinerja komponen lain, seperti memory. Dan tidak jarang aplikasi-aplikasi tersebut bekerja dalam waktu yang bersamaan. Untuk menjawab pertumbuhan yang tidak sinkron antara kecepatan core prosesor dengan kebutuhan aplikasi inilah prosesor dual core hadir.
Dalam prosesor dual core, masing-masing core menangani serangkaian data yang masuk secara bersamaan (simultan) untuk meningkatkan efisiensi. Seperti perumpamaan di awal, bekerja dengan dua tangan tentu lebih baik daripada dengan satu tangan, bukan?
Menggunakan dua otak dalam satu prosesor, Anda dapat menjalankan dua aplikasi di dua core. Saat salah satu core melakukan proses penghitungan, core yang lain dapat mengakses system bus atau mengeksekusi penghitungan yang lain.
Untuk meramaikan skenario di atas, AMD dan Intel menurunkan prosesor dual core mereka dengan bendera 64-bit. Intel memperkenalkan Pentium D sebagai prosesor dual core-nya, sedangkan AMD meramaikan pasar prosesor dual core dengan Athlon64 X2-nya.

Menggunakan Dual Core
Untuk memanfaatkan kecanggihan prosesor dual core, sebuah operating system harus memiliki kemampuan multithreading. Windows XP Professional, Windows 2003, Mac OS X, dan beberapa operating system yang dirancang untuk komputer server telah siap dengan teknologi ini.
Selanjutnya aplikasi-aplikasi yang akan dijalankan di atasnya harus dilengkapi dengan teknologi simultaneous multithreading (SMT). SMT memungkinkan aplikasi untuk memecah instruksi dan membagikannya kepada kedua core prosesor secara paralel. Tanpa SMT aplikasi hanya mengenali satu core saja. Aplikasi-aplikasi yang sudah siap dengan SMT antara lain: Maya, 3D Studio Max, dan Adobe Photoshop.
Sayangnya kemampuan prosesor dual core ini belum dapat dinikmati oleh para gamer secara maksimal saat ini. Pasalnya, berbeda aplikasi multitasking yang sering digunakan dalam di kantor atau rumah, sebagian besar game menghujani prosesor secara brutal. Sejauh ini baru ada beberapa game besar seperti Quake 4, Fear, dan Call of Duty 2 yang telah mendukung prosesor dual core.
Salah satu keuntungan menggunakan prosesor dual core adalah tidak dibutuhkannya motherboard baru. Selama socket motherboard dapat menampung prosesor dual core, Anda dapat memanfaatkannya.
Kebanyakan pengguna dapat merasakan manfaat prosesor dual core ini saat bekerja di lingkungan multitasking, sampai semua aplikasi yang ada dirancang dengan SMT. Sementara komputer server yang menjalankan beberapa prosesor dual core dapat merasakan peningkatan kinerja server secara signifikan.
Sebagai informasi tambahan, komputer yang ber-prosesor dual core tidak sama dengan komputer multiprosesor. Komputer multiprosesor memiliki dua unit prosesor yang terpisah. Masing-masing prosesor memiliki resource-nya sendiri. Sementara prosesor dual core membagi resource-nya dalam satu chip. Konsekuensinya, komputer multiprosesor tetap memiliki kinerja yang lebih baik dan lebih cepat daripada komputer dengan prosesor dual core. (hr)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal URL, sebaris alamat Internet

Menghubungkan dua gedung

Mencari informasi di dunia Wiki